Penyebab hepatitis bermacam-macam, terkait dengan fungsi hati yang rumit dan beragam. Pada prinsifnya, Hepatitis mempunyai penyebab yang terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Hepatitis yang sering terjadi umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
1. Infeksi Virus
Sebagian besar kasus hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis yang dibedakan jenisnya, yaitu hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G. Diantara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B, dan C merupakan jenis terbanyak yang sering dijumpai. Adapun hepatitis F masih jarang ditemukan. Para Ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis hepatitis yang terpisah. Oleh karena itu Hepatitis F tidak kita bahas.
a. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan tipe yang paling ringan. Hal ini disebabkan infeksi virus hepatitis A (VHA) umumnya tidak merusak jaringan hati. Mereka yang terinfeksi oleh virus ini, 99% dapat pulih sepenuhnya. Hepatitis A menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh VHA.
b. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yang berbahaya. Penyakit ini lebih sering menular disbanding hepatitis jenis lainya. Hepatitis B menular melalui kontak darah atau cairah tubuh yang mengandung virus hepatitis B (VHB). Seseorang dapat saja mengidap VHB, tetapi tidak disertai dengan gejala klinik ataupun tidak tampak adanya kelainan dan gangguan kesehatan. Orang tersebut merupakan pembawa atau disebut carrier.
Carrier dapat terjadi karena individu tersebut mempunyai pertahanan tubuh yang baik atau karena VHB yang mengalami perubahan sifat menjadi tidak aktif. VHB yang tidak aktif menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat mengenalinya sebagai musuh sehingga sistem imun tidak mengadakan perlawanan. Suatu saat jika pertahanan tubuh individu tersebut melemah atau VHB berubah sifat menjadi aktif kembali maka individu tersebut akan menunjukan gejala klinik hepatitis.
Carrier jumlanya relatif lebih banyak dan berpotensi menularkan. Sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini akan sembuh dan hanya sebagian kecil saja yang langsung meninggal karena terinfeksi berat atau karena daya tahan tubuhnya sangat rendah. Sekitar 10% kasus hepatitis B akan berkembang menjadi hepatitis menahun (kronis). Hepatitis kronis setelah bertahun-tahun sebagian dapat menjadi tidak aktif, tetapi sebagian lagi kodisinya semakin memburuk. Pada kasus hepatitis kronis yang memburuk sering terjadi komplikasi sirosis atau kanker hati yang umumnya berakhir dengan kematian.
Virus hepatitis B 100 kali lebih infeksius, yakni lebih berpotensi menyebabkan infeksi dibandingkan virus HIV karena masa tunasnya cukup pendek, yaitu sekitar 3 bulan.Virus ini ditemukan dalam darah, air ludah, air susu, cairan sperma, atau vagina penderita. Penularan hepatitis B terjadi melalui kontak darah, maupun material lain yang terinfeks, seperti jarum suntik, alat-alat bedah, alat-alat dokter gigi, jarum akupuntur, jarum tato, maupun jarum tindik yang tidak steril. Demikian juga penggunaan Bersama alat-alat individu yang terinfeksi, seperti pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi, dapat menjadi media penularan VHB. Penularan hepatitis B juga dapat ditemukan pada cairan sperma ataupun vagina maka penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual maupun pada proses persalinan.
c. Hepatitis C
Hepatitis C juga menyebabkan peradangan hati yang cukup berat, diperkirakan 80% menjadi hepatitis kronis dan dapat berkembang menjadi sirosis. Hepatitis C menular melalui darah, biasanya karena transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi oleh virus hepatitis C (VHC).
d. Hepatitis D
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B. Penyebabnya adalah virus hepatitis delta (VHD). VHD merupakan jenis virus yang ukuranya sangat kecil dan sangat tergantung pada VHB. Hal ini disebabkan virus hepatitis D membutuhkan selubung VHB untuk menginfeksi sel-sel hati. Penularan hepatitis D menyerupai penularan pada hepatitis B, yakni malalui kontak dengan darah atau cairan yang mengandung VHD. Pemakaian bersama jarum suntik pada pengguna narkoba, transfusi darah, alat-alat kedokteran yang tidak steril, atau melalui hubungan seksual merupakan sumber penularan hepatitis D yang paling utama.
Seseorang dapat saja terinfeksi hepatitis B akut dan hepatitis D akut dalam waktu yang bersamaan. Sebagian besar pasien kasus tersebut dapat sembuh dan bebas dari hepatitis B dan D, Seperti umumnya penderita hepatitis B akut saja. yang tanpa terinfeksi hepatitis D, mengingat sifat penyakit dapat sembuh dengan sendiri (self limiting disease). Pasien yang mengidap hepatitis B kronik dapat juga terkena hepatitis D akut, dan biasanya hepatitis D berubah menjadi kronis. Pada akhirnya, hati pasien tersebut hampir selalu berkembang menjadi sirosis dalam waktu yang singkat.
e. Hepatitis E
Hepatitis E mempunyai sifat menyerupai hepatitis A, demikian juga untuk model penularanya, tetapi dengan tingkat keparahan yang lebih ringan. Penyebabnya adalah virus hepatitis E (VHE). Hepatitis E juga dikenal sebagai hepatitis epidemik non-A dan non-B, yang artinya virus tersebut tidak menyerupai virus hepatitis A maupun B. seperti hepatitis A, hepatitis E sering bersifat akut dengan masa kesakitan yang singkat, tetapi terkadang dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati. Hepatitis E menyebar melalui makanan atau minuman yang tercemar feses yang mengandung VHE. hepatitis E biasanya didapati di tempat air yang bercampur dengan kegiatan mandi cuci kakus (MCK).
f. Hepatitis G
Hepatitis G mempunyai sifat dan model penularan yang hampir mirip dengan hepatitis C, yakni melalui kontak dengan darah.Penularan hepatitis G paling banyak terjadi melalui transfusi darah, tetapi tidak menutup kemungkinan alat-alat yang dapat melukai kulit dapat menjadi mediator penyebaran hepatitis G. hepatitis G umumnya berlangsung kronis,tetapi sampai saat ini tidak menimbulkan efek yang serius
2. Penyakit lain yang mungkin timbul
Hati merupakan organ penting dengan fungsi yang beragam maka beberapa penyakit atau gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan komplikasi pada hati. Diabetes militus, hiperlipedemia (kadar lemak termasuk kolestrol dan trigliserida dalam darah menjadi tinggi atau berlebihan), dan obesitas sering terkait dengan penyakit hati. Ketiga kelainan ini membebani kerja hati dalam metabolisme lemak. Akibatnya, akan terjadi kebocoran sel-sel yang berlanjut dengan kerusakan sel dan peradangan yang disebut steatohepatitis. Kehidupan yang serba sibuk, terutama kota besar, telah melahirkan budaya instan termasuk dalam hal makanan. Saat ini tersedia banyak restoran siap saji yang menyajikan makanan dengan komposisi gizi yang tidak berimbang, yaitu mengandung lemak sebagai komponen terbanyak. Hal ini turut memberikan kontrobusi meningkatnya kasus hyperlipidemia (hiperkolestrol), diabetes millitus, dan obesitas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kasus steatohepatitis.
Terapi steatohepatitis lebih ditujukan kepada penyakit penyebab yang mendasarinya. Contonya, penderita diabetes millitus, hyiperlipidemia, dan obesitas dibatasi dari asupan makanan yang memiliki kadar gula tinggi, makanan yang berlemak, makanan junk food dan makanan yang tidak sehat. Melakukan olaharaga secara rutin, atur pola tidur, diet yang sehat ataupun berpuasa bisa menjadi opsi terapi steatohepatitis. Umumnya, jika penyebab penyakit ditangani dengan baik, maka hati akan membaik.
3. Alkohol
Minuman beralkohol dapat menyababkan kerusakan sel-sel hati. Hepatitis alkohol terjadi akibat mengkonsumsi alkohol secara berlebihan atau dalam jangka waktu yang lama. Didalam tubuh , alkohol dipecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah zat tersebut bersifat racun sehingga menyebabkan kerusakan sel hati.
4. Obat-obat kimia
Sejumlah obat kimia dapat menyebabkan hepatitis. Sesuai dengan fungsi hati yang berperan dalam metabolisme, penetralisir, atau dalam detoksifikasi zat kimia, termasuk obat. Oleh karenanya, zat kimia dapat menimbulkan reaksi yang sama seperti reaksi karena infeksi virus hepatitis. Gejala dapat terasa kapanpun dalam jangka waktu 2 minggu hingga 6 bulan setelah obat diberikan. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis sembuh atau menghilang setelah pemberian obat tersebut di dihentikan. Namun, ada juga yang berkembang menjadi penyakit hati yang serius, jika kerusakan hati telah terlanjur parah. Obat-obat yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati, antara lain halotan (sering digunakan sebagai obat bius), isoniasid ( antibiotik untuk TBC), metildopa (obat antihipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat antiepilepsi), serta parasetamol (Pereda demam). Parasetamol merupakan obat golongan bebas, yang biasa di beli tanpa resep dokter. Parasetamol merupakan obat yang aman jika dikonsumsi sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Namun, jika dosis berlebihan, terlebih jika dikonsumsi bersama akohol, dapat menyebabkan kerusakan hati yang cukup parah bahkan kematian. Demikian dengan zat-zat polutan lainnya, seperti alfatoksin, arsen, karbon tetraklorida, tembaga, atau vinil klorida dapat merusak sel-sel hati.
5. Penyakit autoimun
Penyakit autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh / imunitas yang merupakan kelainan genetik. Pada kasus autoimun, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel atau jaringan tubuh itu sendiri (dalam hal ini adalah hati). Gangguan ini terjadi karena ada faktor pencetus, yakni kemungkinan suatu virus atau zat kimia tertentu. Sekitar 30% kasus hepatitis autoimun mempunyai gangguan autoimun pada organ tubuh.
Penyebab hepatitis bisa imbangi dengan pola hidup yang sehat, pola makan, pola tidur, dan pola berpikir yang baik. Diantara 5 penyebab diatas mungkin masih banyak penyebab-penyebab lain yang bisa menjadi pemicu terjadinya hepatitis.
Komentar
Posting Komentar