Gejala dan Cara mencegah Hepatitis

      


       Diagnosis hepatitis dapat dipastikan melalui anamnesis (wawancara) dengan dokter serta pemeriksaan fisik dan laboratorium. Dokter akan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penularan hepatitis karena hepatitis A,B,C atau hepatitis lainya memberikan gejala yang hampir sama. Pada fase awal hepatitis, penderita belum merasakan gejala yang spesifik. Keluhan yang dirasakan antara lain mual, muntah, tidak nafsu makan, badan terasa lemas, dan mudah lelah. Nafsu makan yang jelek dijumpai pada penderita hepatitis akut atau jika sudah teradi sirosis. Kelelahan merupakan gejala yang sering terjadi pada penderita hepatitis. Rasa mudah lelah terutama setelah melakukan aktivitas. Akibatnya, stamina tubuh menurun, merasa tidak bertenaga, kebutuhan tubuh akan tidur meningkat, dan merasa lemas. Keluhan kelelahan ini sifatnya hilang timbul dengan tingkat kelelahan yang bervariasi dari waktu ke waktu.

        Hepatitis B kronis memberikan gejala yang lebih serius seperti mudah lelah, cemas, tidak nafsu makan, mual,dan muntah. Dapat terjadi asites, yaitu penumpukan cairan dalam rongga perut sehingga perut terlihat buncit. Jika sudah terjadi komplikasi pada hepatitis kronis, dapat terjadi pendarahan varises lambung, gangguan sistem saraf pusat berupa kejang, serta penurunan kesadaran bahkan koma. 

        Sekitar 25% penderita hepatitis C mengeluh rasa cemas, mual, muntah, hilang nafsu makan, demam, dan nyeri ulu hati. Sebagian lagi mengeluh bahwa urine berwarna gelap, feses berwarna putih, serta kulit, kuku, dan bagian putih bola mata berwarna kuning.Pada pemeriksaan fisik penderita terlihat warna kuning pada kulit, kuku, bola mata bagian putih. Jika diraba perut bagian atas kanan membesar karena terjadi pembesaran hati ataupun terasa adanya tegangan didaerah hati. Selain itu, dapat terjadi penurunan berat badan ringan sebanyak 2 -5 kg. Pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan juga menilai kerusakan jaringan hati.

        Adapun pencegahan hepatitis dapat dilakukan dengan tepat jika kita mengetahui cara penularan dan penyebaran penyakit tersebut. Berikut ini cara mencegah penularan penyakit hepatitis A, B, dan C.

1.    Pencegahan hepatitis A 

        Pada prinsipnya, hepatitis A menular melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses penderita hepatitis A. Dengan demikian, resiko tertular hepatitis A meningkat pada orang yang higiene dan sanitasinya buruk, terutama dalam hal makanan dan minuman. kebiasaan jajan makanan dan minuman disembarangan tepat dapat meningkatkan tertular penyakit ini. Disuatu daerah pernah dilaporkan terjadi kejadian luar biasa (KLB atau Out break) hepatitis A pada usia sekolah. Setelah ditelusuri, ternyata anak- anak yang terinfeksi hepatitis A tersebut sebelumnya membeli es pada penjual yang sama. selain itu, makanan yang mentah ataupun setengah matang berpotensi terkontaminasi oleh virus ini. Hepatitis A juga dapat menyebar jika sumber air yang digunakan bersama-sama tercemar feses yang terinfeksi. Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun setelah keluar kamar mandi dapat memutuh penyebaran hepatitis A. Pencegahan terhadap hepatitis A dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini.

a.    Imunisasi

        Imunisasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terinfeksi penyakit. Setelah imunisasi,  tubuh  akan menghasilkan antibodi yang merupakan zat kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin hepatitis A dibuat secara sintesis dari VHA yang tidak aktif. Imunisasi hepatitis A dapat diberikan pada anak usia 2 - 18 tahun dan aplikasinya cukup 1 kali. Sementara orang dewasa membutuhkan imunisasi ulang setelah 6-12 bulan imunisasi pertama. Individu yang telah diimunisasi vaksin hepatitis A akan mempunyai kekebalan tubuh terhadap VHA selama kurang 15-20 tahun, kecuali jika individu itu terinfeksi virus hepatitis A antara 2-4 minggu setelah imunisasi. Hal ini disebabkan, pada saat itu tubuh belum menghasilkan antibodi dalam jumlah cukup. Lantas siapa saja sebaiknya yang mendapatkana imunisasi hepatitis A ?

  • individu pemakai narkoba, khususnya menggunakan jarum suntik
  • pekerja restoran atau pekerja yang menangani makanan
  • remaja yang tinggal diasrama atau pesantren yang penghuninya mengalami kontak erat
  •  individu dengan penyakit hati menahun
  • .pekerja dan anak-anak pada tempat penitipan anak pekerja laboratorium yang menangani virus hepatitis A
  • individu yang sering konsumsi ikan mentah ( sushi )

b.    Higiene personal 

       Menjaga kebersihan setiap individu, cucilah tangan dengan sabun setiap kali selesai buang air kecil maupun besar. Demikian juga sebelum dan sesudah makan. Setiap orang tua harus mengawasi anaknya saat bermain, terutama saat anak kurang dari 3 tahun sering memasukan benda pada mulut mereka. 

2. Pencegahan hepatitis B

        Pencegahan terhadap penyakit hepatitis B dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini 

a. Imunisasi  

        Imunisasi hepatitis B yang lengkap dapat mencegah infeksi virus hepatitis B selama 15 tahun.Imunisasi hepatitis B yang lengkap  untuk bayi diberikan 3 kali, imunisasi yang pertama dan kedua diberikan berturut-turut dengan selang waktu 1 bulan. Sementara imunisasi ketiga diberikan setelah 5 bulan sejak imunisasi kedua.

        Pemberian imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin, umumnya pada bayi, mulai diberikan saat 2 minggu. Saat ini ada himbauan agar bayi diimunisasi hepatitis B pada saat akan pulang dari rumah sakit / rumah bersalin. Tujuanya agar bayi sedini mungkin mendapat perlindung dari hepatitis B

        Untuk orang dewasa, sebelum imunisasi diberikan sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium darah unuk melihat kadar anti-HBs, yaiu antibodi yang dapat menetralisir antigen permukaan VBS (HBs-Ag). Dengan demikian, dapat dinilai apakah tubuh sudah memiliki kekebalan tubun terhadap hepatitis B atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukan bahwa tubuh telah memiliki cukup kekebalan terhadap hepatitis B maka imunisasi hepatitis B tidak perlu diberikan lagi. Imunisasi diberikan jika kekebalan tubuh kurang atau dibawah standar. Kadar anti-HBs yang cukup untuk memberikan perlindungan terhadap hepatitis B adalah 10 m IU/ml. Namun kendalanya, pemeriksaan laboratorium tersebut sering kali jauh lebih mahal dari biaya vaksin itu sendiri. Dengan demikian, jika memang individu tersebut termasuk golongan yang beresiko tinggi tertular virus hepatitis B maka imunisasi bisa langsung diberikan tanpa harus dilakukan pemeriksaan laboratorium.Imunisasi hepatitis B sangat dianjurkan untuk kelompok orang berikut ini.

  •  Bayi baru lahir, mengingat bahwa indonesia tergolong endemis hepatitis B 
  •  anak dan remaja
  •  keluarga yang salah satu keluarganya terinfeksi hepatitis B
  •  pekerja medis dan laboratorium yang sering kontak dengan darah atau bahan darah
  •  Individu dengan penyakit gangguan darah seperti hemofilia 
  •  Individu yang sering cuci darah dan transfusi darah
  •  pemakai narkoba, khususnya yang menggunakan jarum suntik 

b.    Tidak menggunakan barang orang lain

        Biasakanlah tidak menggunakan barang orang lain. Hal ini disebabkan kita tidak pernah tahu apakah seseorang itu terinfeksi   virus hepatitis B atau tidak. Pisau cukur, gunting, kuku  sikat gigi, atau barang lain yang dapat menyebabkan luka dapat menjadi media penularan     

c.     Lakukan hubungan sex yang aman 

        Hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan akan beresiko tinggi tertular hepatitis B. Jika ternyata suami atau istri terinfeksi hepatitis B maka sang suami wajib menggunakan kondom saat berhubungan seksual

d.     Jangan menjadi donor darah jika terinfeksi hepatitis

        Individu yang terinfeksi hepatitis B jangan menjadi donor darah karena akan menyebarkan penyakit tersebut. Palang merah indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang didonorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis maka darah tersebut akan dimusnahkan. Hal inj bisa saja terjadi jika pendonor tidak tahu bahwa dirinya adalah carrier hepatitis B dan terlanjur me donorkan darahnya

e.     Bersihkan ceceran darah

        Jika terdapat ceceran ataupun cipratan darah, sekecil apapun, harus langsung dibersihkan. Penggunaan larutan pemutih pakaian untuk membersihkan cipratan darah tersebut diyakini dapat membunuh virus.

3.     Pencegahan hepatitis C

        Penularan dan penyebaran hepatitis C terjadi melalui kontak dengan darah seseorang yang terinfeksi virus hepatitis C. Seseorang dapat tertular hepatitis C jika mengalami beberapa hal berikut ini.

  •  menggunakan  jarum suntik bersama-sama, terutama  pada pemakai narkoba
  •  Tertusuk jarum yang terinfeksi hepatitis C (pekerja medis sering tertular)
  •  Lahir dari ibu yang mengidap hepatitis C 
  •  Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi hepatitis C
  •  Membuat tato dengan jarum yang tidak steril
  •  mendapat transfusi darah atau transplantasi organ sebelum tahun 1992. Hal ini disebebkan sebelum tahun 1992 darah yang terinfeksi hepatitis C belum dapat terdeteksi
        Sampai saat ini, tidak ada vaksin  yang dapat mencegah hepatitis C. Tindakan pencegahan hepetitis C hampir sama dengan pencegahan hepatitis B, antara lain menhindari kontak dengan darah penderita hepatitis C misalnya dengan dengan menghindari pisau cukur, sikat gigi, atau gunting kuku milik orang lain.

4.     Pencegahan steatohepatitis

        Steatohepatitis merupakan perlemakan hati yang mengalami peradangan. Normalnya, sel-sel hati tidak mengandung lemak dalam jumlah yang berlebihan. Namun, bila terjadi ketidakseimbangan  dalam metabolisme lemak dan karbohidrat maka lemak bisa tertimbun didalam sel hati. Beberapa penyakit dan kondisi yang dapat menyababkan gangguan metabolisme lemak antara lain adalah diabetes millitus, hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, obesitas, serta konsumsi alkohol yang berlebihan. Suatu penelitian menunjukan bahwa perlemakan hati ditemukan pada sekitar 50% pasien hiperlipidemia. Bila hati telah mengalami perlemakan sementara gangguan metabolisme lemak dan karbohidratnya tidak diatasi maka akan mundah terjadi steatohepatitis. Hal ini karena timbunan lemak dalam sel hati akan memperberat beban kerja sel-sel hati sehingga sel-sel tersebut mudah mengalami kerusakan

        Cara mencegah steatosis maupun steatohepatitis adalah dengan menghindari faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan mmetabolisme karbohidrat dan lemak, antara lain sebagai berikut

  •  Obesitas diatasi dengan diet rendah lemak dan olahraga secara teratur
  •  Diabetes millitus dikontrol dengan  pengaturan diet rendah karbohidrat
  •  Hiperkolesterol dan hipertrigliserida dikontrol dengan diet rendah lemak dan olahraga
  •  Hentikan dan hindari konsumsi bahan makanan atau minuman yang mengandung alkohol
  •  perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung antioksidan vitamin C, E dan betakaroten, seperti apel, jeruk, wortel, tomat,bayam, atau pun mangga. Pemberian antioksidan dilaporkan efektif memberikan perbaikan parameter biokimia dan gambaran  parameter biokimia dan gambaran histologis sel hati.

Komentar